Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat turut memeriahkan Solo 24 Jam Menari yang digelar Institut Seni Indonesia (ISI) Solo dalam rangka perayaan Hari Tari Dunia 2022, Jumat (29/4/2022).
Keraton Solo menampilkan tari Bedaya Endol-Endol dan Tari Wira Pratama dalam kesempatan tersebut. Kedua tari tersebut merupakan tari yasan atau peninggalan masa Pakubuwono (PB) X.
PromosiHakikat Mudik dari Motif Tradisional Menuju Rasionalisasi Gaya Hidup
Turut hadir juga beberapa tokoh Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Solo. Salah satunya Ketua LDA, GKR Wandansari yang lebih dikenal dengan Gusti Moeng.
Sembilan penari bedaya mulai beraksi di depan ratusan penonton yang memadati Pendapa ISI Solo untuk menonton Solo 24 Jam Menari pukul 20.45 WIB. Sembilan penari tersebut mengenakan busana beludru warna merah, jarit, dan bersampur kuning.
Sementara para niyaga telah bersiap sebelum penari beraksi di depan penonton. Para niyaga mengenakan ageman ala Keraton Solo lengkap dengan samir merah kuning.
Menurut paparan narator, Bedaya Endol-Endol yang menjadi tarian gaya Solo pernah diajarkan dan dipentaskan di Kadipaten Pakualaman Yogyakarta oleh permaisuri di sana. Bedaya tersebut dipentaskan di Bangsal Pura Pakualaman sekitar 14 November 1987 silam.
Salah satu penari bedaya, Braylay Ayu, 26, mengatakan sejak pukul 14.00 WIB sudah bersiap untuk make up. Menurut Braylay, antusiasme pemain cukup bagus mengingat tarian ini merupakan kali pertama ditampilkan di Solo 24 Jam Menari dalam peringatan Hari Tari Dunia.
Pengalaman Perdana
“Kami tadi dari pukul 14.00 WIB [bersiap] di salah satu rumah penari. Baru kemudian berangkat ke sini. Kebetulan selain saya ini mereka anggota baru semua. Jadi mungkin ini jadi pengalaman perdana,” jelas Braylay saat ditemui Solopos.com di belakang panggung.
Sementara itu, tari kedua yang dibawakan penari Keraton Solo adalah Wira Pratama atau Wireng Pratama. Tarian tersebut juga yasan PB X yang dulunya diciptakan untuk menyikapi adanya Perjanjian Giyanti.
Menurut paparan narator, tarian tersebut merupakan gambaran dari Catur Sagatra. Empat trah Mataram, yaitu Kasultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Pura Pakualaman, dan Pura Mangkunegaran.
Adegan yang ditampilkan penari Wira Pratama pada ajang Solo 24 Jam Menari itu merupakan potret tokoh Gathutkaca, Antasena, Abimanyu, dan Irawan. Masing-masing tokoh memiliki karakteristik yang berbeda.
Penari Wira Pratama mulai beraksi di depan penonton pukul 21.20 WIB. Keempat tokoh mengenakan make up yang berbeda. Begitu juga gerakan yang mereka bawakan.
4 Tokoh Pewayangan
Salah satu penari sekaligus pegiat seni Keraton Solo, RT Haryadiningrat, mengatakan Tari Wira Pratama menceritakan keempat tokoh yakni Gatutkaca, Antasena, Abimanyu, dan Irawan. Sedangkan dua di antara mereka merupakan anak-anak Janaka.
Keempat tokoh tersebut tak saling mengenal satu sama lain sebagai saudara. Justru mereka bertemu dan berhadapan dalam medan peperangan. “Jadi ceritanya, kami adalah saudara. Tapi tidak tahu gitu. Kami ketemu di jalan, eh ternyata saudara,” jelasnya.
Baca Juga: Ikut Kirab Solo Menari 2022, Begini Penampilan Bhre MN X & KPGH Purboyo
Tarian yang sama juga dibawakan oleh kelompok tari dari Pura Mangkunegaran. Empat tokoh yang sama yakni Gathutkaca, Antasena, Abimanyu, dan Irawan.
Di akhir penampilan, Gathutkaca dan Antasena menggunakan senjata gada, sedangkan Abimanyu dan Irawan menggunakan keris serta panah.
“Ya memang ini perdana ya. Banyak anggota baru. Gerakan yang ditampilkan itu dasar semua. Kemarin sekitar 2016 ada anggota saya yang kebetulan S2 di sini. Sempat nggarap bedaya ini juga,” jelas Gusti Moeng.
sumber : https://www.solopos.com/ikut-solo-24-jam-menari-keraton-kasunanan-tampilkan-bedaya-endol-endol-1308350